MAKALAH
PENGANTAR
MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN
KELOMPOK
11
RAHMADIYATUS
INFA (150803103055)
NANDA
AYU NING PUTRI (150803103007)
M.ABDUL
ROSI (150803103070)
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Pertama – tama kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan
rahmat-Nya kami dapat membuat makalah ini yang digunakan untuk melengkapi nilai
tugas mata kuliah pengantar manajemen dan juga tidak lupa kami ucapkan banyak
terima kasih kepada rekan kami, baik dari keluarga maupun dari teman – teman
yang selama ini membantu kami.
Harapan kami, makalah ini dapat
menjadi referensi bagi para pembaca dan dapat menyajikan sebuah jawaban akan
pertanyaan-pertanyaan berkaitan seputar kepemimpinan. Dan juga, Saya
berharap, dengan terselesaikannya makalah ini, akan mendatangkan banyak manfaat
bagi para pembaca. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bacaan anda dan
membantu anda dalam memahami ragam bahasa terlebih khusus ragam bahasa berita.
Saya juga membuka pintu yang selebar-lebarnya untuk menerima kritik dan saran
anda untuk bahan evaluasi saya, agar saya dapat menulis makalah lebih baik lagi
kedepannya. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan selamat membaca, semoga
bermanfaat .
Terlepas dari itu semua, kami tidak
lupa bahwa tidak ada karya yang sempurna. Kami menyadari bahwa makalah kami
masih jauh dari kata kesempurnaan.
Untuk itu, silahkan berikan saran
dan masukan pembaca pada makalah ini. Saran dan masukan pembaca akn kami
jadikan bahan evaluasi agar kedepannya kami dapat menyajikan karya tulis,
makalah yang lebih baik lagi.
SELAMAT MEMBACA....
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar......................................................................................................
i
Daftar Isi................................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang..................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Makalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................
2
1.4 Manfaat..............................................................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kepemimpinan.................................................................................
3
2.2 Fungsi Kepemimpinan.......................................................................................
3
2.3 Teori Kepemimpinan.........................................................................................
4
2.4 Hakekat pengambilan
keputusan........................................................................
6
2.5 Peran kepemimpinan dalam pengambilan
keputusan......................................... 8
BAB
III PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan.........................................................................................................
16
3.2
Saran...................................................................................................................
16
BAB
IV DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................
17
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam suatu organisasi
selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur
yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar kegiatan organisasi
dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka dibutuhkan sumber seperti,
perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan
mengarahkan ini disebut dengan manajemen, sedangkan inti dari manajemen adalah
kepemimpinan. (Leadership, Siagian 1980)
Upaya membangun
keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi keterampilan
teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi
terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya
pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk
menggunakan keterampilan personalnya.
Kreativitas penting
bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan pengambil keputusan untuk lebih
sepenuhnya menghargai dan memahami masalah, termasuk melihat masalah-masalah
yang tidak dapat dilihat orang lain, namum kenyataannya banyak pemimpin dalam
pengambilan keputusan tidak memperhatikan perilaku pemimpin yang baik. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan
baik, antara lain:
1. Yang menjadi dasar
utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya,
melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
2. Efektivitas
kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
3. Efektivitas
kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku seseorang
tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan
5. Kehidupan organisasi
yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan
cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
·
Apa yang dimaksud kepemimpinan?
·
Adakah teori-teori tentang kepemimpinan?
·
Bagaimana fungsi kepemimpinan?
·
Bagaimana hakekat dan peran kepemimpinan
dalam pengambilan keputusan?
·
1.2 Tujuan
·
Untuk mengetahui peran kepemimpinan
·
Untuk mengetahui hakekat dalam
pengambilan keputusan
·
Untuk mengetahui peran kepemimpinan
dalam pengambilan keputusan
1.3 Manfaat
·
Memberikan referensi bagi para pembaca
untuk membantu pembaca menemukan jawaban seputar pertanyaan – pertanyaan
kepemimpinan.
·
Memberikan informasi mengenai tata cara
kepemimpinan, teori kepemimpinan, dan hal-hal lain berkenaan tentang
kepemimpinan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Dalam
kenyataan para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan,
kualitas kehidupan, dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para
pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi,
atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Bagaimanapun juga kemampuan dan
keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas
manajer.
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Dalam
bahasa Indonesia, “pemimpin” sering disebut penghulu, pelopor, pembina, panutan,
pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan
sebagainya. Sedangkan menurut istilah, pemimpin adalah orang yang memiliki
wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi. Seperti manajemen,
Kepemimpinan(leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda
oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut T. Hani Handoko kepemimpinan
merupakan kemampuan yang dipunya seseorang untuk mempenggaruhi orang- orang
lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasara. Ada pula Menurut Stoner,
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan
tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut yaitu :
1. Kepemimpinan
menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut
2. Kepemimpinan
menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para pemimpin
dan anggota kelompok
3. Selain
dapat memberikan pengarahan kepada parabawahan atau pengikut , pemimpin dapat
juga mempergunakan pengaruh.
H. Kootz & O’
Donnel “Principles of Management”Kepemimpinan merupakan aktifitas mempersuasi
orang agar mau bekerjasama dalam suatu pencapaian tujuan bersama. Dari uraian
diatas, dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses dan
tindakan untuk mempengaruhi, memantau, mengawasi, mengkontrol dan lain-lain.
Dalam proses tersebut seorang pemimpin memiliki wewenang dalam pengambilan
keputusan.
2.2 Fungsi Kepemimpinan
Fungsi- fungsi Kepemimpinan
Pendekatan
perilaku membahas orientasi atau identifikasi pemimpin. Aspek pertama
pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi- fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya.
Agar kelompok berjalan dengan efektif seseorang harus melaksanakan dua fungsi
utama :
1. Fungsi-
fungsi yang berhubungan dengan tugas (task-releted) atau pemecahan masalah
2. Fungsi-
fungsi pemeliharaan kelompok (groupmaintenance) atau sosial.
Fungsi pertama menyangkut pemberian saran
penyelesaian, informasi, dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu
yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar, persetujuan dengan kelompok
lain, penengahan perbedaan pendapat dan sebagainya.
2.3 Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori
kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam
suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada
produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas
tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus
mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam
menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain
:
Ø Teori
Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari
pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali
di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh
terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang
mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari
pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena
pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai
emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan
goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki
motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat
ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan
sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
Ø Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin
yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
Pertama yang disebut
dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan
hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti :
membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi
dengan bawahan.
Kedua disebut Struktur
Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada
bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan
dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang
baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi
kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Ø Teori
Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan
kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi
perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang
tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ø Teori
Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa
yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat
kedewasaan bawahan.
Ø Teori
Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai,
harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya. Teori
kelompok dalam kepemimpinan memiliki dasar perkembangan yang berakar pada
psikologi sosial. Teori kelompok ini beranggapan bahwa supaya kelompok bisa
mencapai tujuannya. Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses
pertukaran antara pemimpin dan bawahannya. Greene (Thoha, 2012:35) mengatakan
bahwa ketika para bawahan tidak melaksanakan pekerjaan secara baik maka
pemimpin cenderung menekankan pada struktur pengambil inisiatif (perilaku
tugas). Tetapi ketika para bawahan dapat melaksanakan pekerjaan secara baik
maka pemimpin menaikkan penekanannya pada pemberian perhatian (perilaku tata
hubungan). Seingga dapat disimpulkan bahwa para bawahan dapat mempengaruhi para
pemimpinnya seperti para pemimpin yang dapat mempengaruhi para bawahannya.
2.4 Hakekat
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan
alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi manajemen.. Misalnya, saat manajer
merencanakan, mengelola, mengontrol, mereka membuat keputusan. Akan tetapi,
ahli teori klasik tidak menjelaskan pengambilan keputusan tersebut secara umum.
Langkah pengambilan keputusan menurut Mintzberg dan
koleganya:
1. Tahap identifikasi, di mana pengenalan masalah
atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Diketahui bahwa masalah yang berat
mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tetapi masalah yang
sederhana tidak.
2. Tahap pengembangan, di mana terdapat pencarian
prosedur atau solusi standar yang ada untuk mendesain solusi yang baru.
Diketahui bahwa proses desain merupakan proses pencarian dan percobaan di mana
pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
3. Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada
tiga cara pembentukan seleksi: dengan penilainn pembuat keputusan, berdasarkan
pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis; dengan analisis alternatif yang
logis dan sistematis; dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok
pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima
secara formal, otorisasi pun kemudian dibuat.
Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan
altematif terbaik dari sejumlah Alternatif yang tersedia. Teori-teori
pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilihan-pilihan
semacam itu dibuat.
Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan
yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dee Ann Gullies (1996)
menjelaskan definisi Pengambilan keputusan sebagai suatu proses kognitif yang
tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa,
diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang
lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang
lebih sederhana dikemukakan oleh Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah
kegiatan yang menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai
penyelesaian suatu masalah tertentu.
Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat
dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas
logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati
tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pengambil keputusan haruslah
memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis.
Berkaitan dengan teknik pengambilan keputusan, James A.F. Stoner dalam
Imam (2009) menjelaskan bahwa secara umum pengertian pengambilan keputusan
adalah, teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan
atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Pengambilan
keputusan adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu
masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari
alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat. Pengertian ini mengandung lima hal esensi
yaitu :
1. dalam
proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan;
2.
pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara “sembrono” karena
cara pendekatan kepada pengambilan keputusan harus didasarkan atas kemampuan
organisasi, tenaga kerja yang tersedia, dan situasai lingkungan;
3. bahwa
sebelum sesuatu masalah data dipecahkan dengan baik, hakekat daripada masalah
ini harus diketahui dengan jelas;
4.
pemecahan masalah tidak dapat dilakukan melalui “ilham” atau dengan
mengarang yang berdasarkan data-data yang telah didapatkan;
5.
keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai
altrnatif yang ada setelah dianalisis dengan matang.
Ø Definisi
Pengambilan Keputusan dan Urgensinya
Definisi pengambilan keputusan dan urgensinya
- Pengambilan keputusan muncul sebagai
reaksi atas sebuah masalah (problems) karena ada ketidaksesuaian antara perkara
saat ini dan keadaan yang diinginkan.
- Tetapi dalam menetapkan sebuah masalah
dan sebuah keputusan tergantung cara menginterprestasikan misalnya : terjadinya
penurunan penjualan sebesar 2%, PT. A Menganggap bahwa prosentase penurunan
tersebut masih bisa diterima sehingga tidak perlu mengambil satu tindakan
tertentu, sedangkan PT.B menganggap bahwa prosentase penurunan tersebut
merupakan satu permasalahan yang serius sehingga perlu ada tindakan perbaikan
untuk mengatasi hal tersebut. Jenis keputusan terkait dengan masalah yang
dihadapi :
1.
Keputusan terprogram, yaitu suatu keputusan yang terstruktur dan
berulang yang dapat ditangani dengan pendekatan rutin.
2.
Keputusan tidak terprogram, yaitu suatu keputusan yang memerlukan suatu
pemecahan yang dibuat sesuai kebutuhan
Definisi Masalah
Masalah dan Kesempatan
1. Masalah
adalah : suatu perbedaan antara keadaan
pekerjaan yang ada dan keadaan pekerjaan yang dikehendaki
2.
Kesempatan merupakan : suatu kondisi dimana kondisi tersebut memberi
kesempatan bagi organisasi untuk memanfaatkannya agar diperoleh hasil melebihi
dari hasil diharapkan.
Jenis Masalah
1.
Masalah yang terstruktur dengan baik yaitu masalah – masalah yang
bersifat lugas, tidak asing dan mudah dirumuskan
2. Masalah yang tidak terstruktur dengan
baik yaitu masalah –masalah baru yang
informasinya bersifat ambigu atau tidak lengkap
Ø Faktor
yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan
1.
Kondisi Kepastian adalah suatu kondisi dimana pengambil keputusan mempunyai informasi sepenuhnya
tentang masalah yang dihadapi, alternatif – alternatif pemecahan masalah yang
tepat karena hasil – hasil dari setiap
alternatif – alternatif pemecahan tersebut telah diketahui.
2. Resiko
adalah suatu kondisi yang dapat diidentifikasi, diprediksi kemungkinan terjadi
dan kemungkinan – kemungkinan dari setiap pemecahan yang sesuai dengan hasil
yang diinginkan atau dicapai
3.
Ketidakpastian adalah suatu kondisi dimana pengambil keputusan tidak
memiliki kepastian atau tidak dapat menentukan sesuatu yang subyektif kedalam
kemungkinan yang bersifat obyektif
2.5 Proses
Pengambilan Keputusan Dan Elemen Dasarnya
Elemen-elemen dasarnya :
1. Model
Rasional
-
Rasional adalah Membuat pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai,
dalam batasan – batasan tertentu
-
Batasan – batasan tertentu adalah (1) kejelasan masalah, (2) Pilihan –
pilihan yang diketahui (3) Pilihan – pilihan yang jelas (4) Pilihan – pilihan
yang konsisten (5) tidak ada batasan
waktu dan biaya (6) Hasil Maksimum
-
Keputusan yang rasional adalah
model pembuatan keputusan yang mendeskripsikan, bagaimana individu
seharusnya berprilaku ? untuk memaksimalkan hasil
Ada 6
langkah prilaku individu untuk
memaksimalkan hasil dengan model rasional:
Mendefinisikan Masalah
Untuk mendefinisikan masalah harus secara jelas karena seringkali
terjadi kesalahan dalam hal ini seperti masalah tidak terlihat atau tidak
terdefinisikan secara jelas maka manajer perlu membedakan masalah dengan gejala
yang tampak.
1.
Mengidentifikasikan kreteria
keputusan
Artinya Mengembangkan Alternatif Pemecahan masalah secara kreatif,
walaupun ada batasan ( constraint) sehingga pengembil keputusan dapat
menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan
2. Menimbang
Kreteria yang telah diidentifikasi sebelumnya
artinya melakukan evaluasi dan memilih
alternatif terbaik melalui serangkaian kreteria. Misalnya dengan menggunakan
sistem “skoring”.
3. Membuat
berbagai alternatif
Artinya setelah melalui berbagai pertimbangan tadi maka diambil satu
keputusan misalnya Alternatif yang
diambil adalah alternatif dengan “skor” paling tinggi untuk setiap kreterianya
merupakan alternatif terbaik.
4.
Implementasi
Hal ini merupakan tahapan yang paling sulit dalam proses pengambilan
keputusan
5. Follow Up
dan Evaluasi
Monitor
dan evaluasi dilakukan untuk memastikan pelaksanaan keputusan mengenai sasaran
atau tujuan yang dituju
2. Model
Kreativitas
-
Kreativitas adalah kemampuan menciptakan ide – ide baru dan bermanfaat.
-
Tujuannya adalah membantu mengidentifikasikan dan memahami masalah yang
belum jelas
- Ada
3 komponen model kreativitas :
1.
Keahlian
yaitu dasar
untuk setiap pekerjaan kreatif yang bisa
diperoleh dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan dan potensi diri. Misalnya
untuk menjadi seorang ahli maka individu
tersebut harus memiliki pengetahuan
yang luas tentang keahliannya
tersebut
2.
Keterampilan – keterampilan kreativitas atau berpikir kreatif
yaitu karakteristik pribadi yang berhubungan dengan krativitas serta
kemampuan untuk menggunakan analogi serta bakat untuk melihat sesuatu yang
lazim dari sudut padang yang berbeda. Misalnya seorang peneliti akan menjadi
lebih kreatif jika berada dalam suasana hati yang baik, jadi untuk mendapatkan
hal tersebut banyak hal yang menyenangkan bisa dilakukan seperti mendegarkan
musik, makan makanan favorit atau bersosialisasi dengan individu yang lain.
3.
Motivasi Tugas Intrinsik
yaitu keinginan untuk mengerjakan sesuatu karena
adanya dorongan dalam diri individu dan pengaruh dari lingkungan kerja.
misalnya hal tersebut dilakukan karena manarik, rumit, mengasyikkan, memuaskan
atau menantang secara pribadi. Serta lingkungan kerja memberikan support dalam
bentuk konstruktif seperti memberikan penghargaan dan pengakuan atas
kreatifitas individu.
3. Model
Intuisi /firasat
Yaitu Sebuah proses tidak sadar sebagai hasil dari
pengalaman yang disaring atau kekuatan yang
muncul dengan cepat tanpa intervensi dari berbagai proses yang masuk
akal /sadar. Contoh pada saat bawahan anda memberikan laporan anda merasa bahwa
ada ketidaksesuaian dalam laporan tersebut
Pada kondisi bagaimana individu cenderung
menggunakan intuitifnya
1. Ketika
terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi
2. Ketika
hanya sedikit teladan yang bisa digunakan
3. Ketika
variabel – variabelnya kurang bisa diprediksi secara ilmiah
4. Ketika
fakta – fakta dibatasi
5. Ketika
fakta – fakta tersebut tidak menunjukan titik terang
6. Ketika
hanya sedikit menggunakan data analitis
7. Ketika
terdapat beberapa solusi alternatif masuk akal yang bisa dipilih
8. Ketika
waktu sangat terbatas
9. Ketika
adanya tekanan untuk membuat keputusan yang tepat
1.4 Tipologi Pengambilan Keputusan Manajerial
Ada
beberapa tipologi tipologi keputusan manajerial yang sering kali kita temukan
dalam gaya seorang pemimpin :
1. Gaya Otoriter/Totaliter yaitu gaya kepemimpinan
yang selalu memaksakan kehendaknya pada setiap orang meskipun dengan jalan
kekerasan, namun kebijakannya berlaku secara distributif dan tanpa kompromi.
Gaya ini secara epistemologis cenderung beraliran Macchiavellian, Hobbesian.
2. Gaya Demokratis yaitu gaya kepemimpinan yang
cenderung selalu menggunakan musyawarah, namun gaya ini sangat lemah mengambil
sikap dalam setiap tindakannya dan terkesan pragmatik. Gaya ini secara
epistemologis cenderung beraliran liberal-moderat.
3. Gaya para Nabi yaitu gaya kepemimpinan yang
kharismatik dengan menggunakan jalan kemanusiaan, dalam arti lebih mengutamakan
nilai-nilai kemanusiaan, dibanding dengan kepentingan pragmatis. Gaya ini
cenderung mengikuti aliran humanistik-teologis.
Dari beberapa tipologi kepemimpinan di atas, maka kita dapat memahami
bangunan epistemologis dan konstruk ideologisnya melalui gaya kepemimpinan dari
seorang pemimpin.
Dari hal tersebut di atas, maka kita dapat memahami
pula bahwa tidak saya maupun anda, setiap pemimpin dapat kita ketahui bangunan
ideologis maupun epistemologis melalui gaya kepemimpinan yang implementasikan.
1.5 Jenis Keputusan Terkait Masalah Yang dihadapi
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan,
yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga
mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk
masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional
berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan
masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang
rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana
dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh
sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan
istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara
sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari
data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang
kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan
mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan
semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang
berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata
permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat
apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat
ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk
mengatasi masalah yang timbul.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki
otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan
lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka
akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang
jelas.
Ø Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Dalam Pengambilan Keputusan
Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
mengambil keputusan sebagai berikut:
1. hal-hal
yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
2. setiap
keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan
organisasi;
3. setiap
keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan
kepentingan orang lain;
4. jarang
sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5.
pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental
ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
6.
pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
7.
diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil
yang baik;
8. setiap
keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang
diambil itu betul; dan
9. setiap
keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan
berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut
mempengaruhi pengambilan keputusan.
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh,
seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari
tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah
laku yang memberikan kesenangan.
2.
Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan
bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan
informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4.
Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan
kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan
dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5.
Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada.
Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan
individual.
6.
Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.
Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu
tingkah laku tertentu.
Ø Pengambilan
Keputusan Kelompok
1. Pengertian
keputusan
Pengambilan keputusan sering dijelaskan sebagai
tindakan memilih di antara beberapa kemungkinan. Pengambilan keputusan adalah
suatu proses lebih pelik dari sekedar memilih di antara beberapa kemungkinan.
Banyak perdebatan muncul saat menentukan efektivitas
pengambilan keputusan secara individu atau kelompok. Secara kelompok biasanya
membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai keputusan, tetapi dengan
pengambilan keputusan kelompok dapat mengikut-sertakan spesialis dan ahli akan
menguntungkan karena interaksi di antara mereka akan menghasilkan keputusan
yang lebih baik. Pada kenyataannya, banyak para peneliti menyatakan bahwa
keputusan konsensus dengan lima atau lebih peserta akan lebih baik, karena akan
mendapatkan pengumpulan suara terbanyak dan keputusan memimpin kelompok.
Keputusan tertentu
tampaknya memang menjadi lebih baik jika dibuat oleh kelompok, seperri
Keputusan tidak terprogram lebih cocok jika dibuat oleh kelompok.
2. Hal yang
harus di perhatikan proses kelompok dalam membuat keputusan tak terprogram
Hal-hal berikut ini berhubungan dengan proses
kelompok saat membuat keputusan tak terprogram, yaitu:
1. Penetapan
tujuan: kelompok lebih unggul dibandingkan individu sebab kelompok memiliki
pengetahuan lebih banyak dibandingkan individu.
2.
Identifikasi alternatif: usaha individu sebagai bagian dari anggota
kelompok akan merangsang pencarian lebih luas diberbagai area fungsional di
organisasi.
3. Evaluasi
alternatif: pertimbangan kolektif dari kelompok dengan berbagai sudut pandang
lebih unggul dibanding individu.
4. Memilih
alternatif: interaksi kelompok dan pencapaian konsensus biasanya menghasilkan
penerimaan resiko lebih besar dibanding individu. Keputusan kelompok juga
biasanya lebih dapat diterima sebagai hasil dari partisipasi bersama.
5.
Implementasi keputusan: dibuat oleh kelompok atau tidak, penyelesaian
biasanya dilakukan oleh seorang saja manajer. Individu bertanggungjawab untuk
implementasi keputusan kelompok.
Ø Implikasi
Manajerial Dalam Pengambilan Keputusan
1.Gaya pengambilan keputusan
2.Gaya Direktif (Pengarahan)
adalah Suatu gaya pengambilan keputusan dengan
ambiguitas/ketidakjelasan yang rendah dan cara berpikirnya yang rasional
3.Gaya Analitis
adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan
toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas/ketidakjelasan dan cara berpikirnya
rasional
4.Gaya Konseptual
adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan
toleransi yang tinggi untuk ambiquitas ketidakjelasan dan cara berpikir
intuitif yang tinggi juga
5. Gaya Perilaku
adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan
toleransi yang rendah untuk ambiquitas/ketidakjelasan dengan cara berpikir
intuitif yang tinggi
Secara umum Kepemimpinan ialah sebagai kemampuan
untuk memengaruhi orang lain guna mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
terlibat dengan orang lain dalam mencaai tujuan. Kepemimpinan bersifat
timbal-balik dan dilakukan antara manusia. Kepemimpinan merupakan kegiatan
“manusia”, yang berbeda dengan kegiatan persuratan administratif atau pemecahan
masalah.
Konsep
kepemiminan berubah seiring berubahnya organisasi. Artinya, konteks lingkungan
tempat kepemimpinan dijalankan mempengaruhi pendekatan apa yang paling efektif,
di samping pemimpin seperti apa yang paling dikagumi masyarakat. Teknologi,
kondisi ekonomi, kondisi tenaga kerja, serta nilai-nilai sosial dan budaya
sepanjang masa semuannya memainkan peranan.
Kesulitan etika dan
ekonomi , kekhawatiran badan usaha, globalisasi, perubahan teknologi, cara-cara
kerja baru, perubahan ekspetasi pegawai, dan transisi sosial besar untuk
mengubah cara kita memandang dan mempraktikan kepemimpinan.
2.2 Kepemimpinan Intraktif
Fokus
untuk menekan ambisi pribadi dan membaangun potensi orang lain juga merupakan ciri utama kepemimpinan
interaktif.
Kepemimpinan interaktif (interactive leadership)
berarti bahwa pemimpin lebihmenyukai proses konsensual dan kolaboratif, serta
pengaruh muncul lewat hubungan, bukan kekuasaan posisi dan kewenangan
formal.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
•
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini
berkaian dengan fungsi manajemen. Menurut Herbert A. Simon, ahli teori
keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses,
pengambilan keputusan:
(1)Aktivitasinteligens, (2)Aktivitasdesain, dan
(3)Aktivitasmemilih.
•
Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih
tindakan tertentu dari yang tersedia. Sedangkan Mintzberg dan koleganya
mengemukakan tentang langkah-langkah pengambilankeputusan,yaitu:
(1)Tahapidentifikasi, (2)Tahappengembangan, dan (3)
Tahap seleksi.
•
Pemimpin adalah seseorang yang melaksanakan beberapa hal yang benar atau
sering disebut“people who do the right thing”. Sementara manajer adalah
seseorang yang harus melaksanakan sesuatu secara benar atau disebut “people who
do things right”. Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar
perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan
mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin.
•
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang
pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan
dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk
penghargaan dan insentif. Sebagai sumber inspirasi, seorang pemimpin tidak
hanya menunjukkan dalam kata dan ucapan saja, melainkan juga tindakan dan
perilaku sehari-hari.
B.
Saran
•
Hendaknya pembaca jika menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi
dapat mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya kepemimpinan sesuai
dengan situasi dengan berbagai pertimbangan yang telah diperhutungkan secara
matang.
DAFTAR
PUSTAKA
Pudjo Sumedi,(2010). Organisasi dan Kepemimpinan,
Jakarta, Uhamka Press.
Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rivai, Veithzal, 2007. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar